TUGAS
MAKNA KAAGO-AGO DALAM BAHASA MUNA
OLEH :
NARIATI BAKE
A2D109122
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
S
BAB 1
PEDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional tumbu dan berkembang sejalan dengan petumbuhan dan perkembangan masyarakat pendukung nya oleh karena itu ,sebagian dari masyaakat nasional kebudayaan daera perlu di jaga di lestarikan agar kebudayaan tersebut tidak mengalami kepunahan sehinggga kebudayaan daera dapat sejalan dengan perkembangan zaman .
Eksitensi satra sebagai bagian dari kebudayaan itu merajuk pada kemampuan nya dalam merangkum misii humanis yang mengarah pada memanusiakan manusia .metode dalam pendekatannya yang spesifik dengan mengutamakan unsur etika dan etika berbahasa ,mamp menarik minat dari berbagai kalangan untuk mengarunginya ,selain itu berkaitan tersebut di sebabkan oleh kodrat manusia yang selalu mencintai keindahan dalam berbahasa .dalam hal ini para ahli menyimpulkan bahwa manusia homofabulan(mahluk bersastra )
Melalui media berbahasa sastra dapat leluasa membentangkan segala sendi dan peri kehidupan maisi nusia secara luas dan dalam . tuangan pengalaman dalam satra itu berisi citra kemanusian cinta kasi dan ajaran lainnya yang sangat beguna bagi manusia dalam kehidupannya . bahkan para misi tertentu sastra berguna sangat berguna bagi kehidupan manusia dan juga dapat mengembang fungsi sebagai kehidupan manusia dan juga sebagai kehidupan yang sifatnya intelektual, pendidikan rohani serta hal-hal sifatnya personal maupun sosial.
Masyrakat muna misalnya ,mempunyai sistim adat istiadat tertentuyang di junjung tinggi masyarakatnya.sistim adat istiadat tersebut mengandung muatan sastra yang sangat tinggi dengan mana dan nilai –nilai etika yang cukup berharga bagi masyarakat muna, setiap anggota masyarakat wajib berbuat dan bertindak menurut aturan adat istiadat yang ada.
1.2 MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakangdiatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini apa makna kaago-ago dalam bahasa muna(analisis makna kaago-ago dalam bahasa muna di desa lapokainse kec. Kusambi kab. Muna ?
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.2.1 TUJUAN
Penelitian ini b ertujuan untuk mendikripsikan makna kaago-ago dalam bahasa muna (analisis makna kaago-ago dalam bahasa muna )di desa lapokainse kec. kusambi kab muna.
1.2.2 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
1.bahan pembinaan dan pengembangan adat istiadat daerah sekaligus menjadi penopang bagi pembinaaan dan pengembangan bahasa nasional bahasa indonesia terut ama mengenai kebudayaan nasional
2.bahan banding bagi penelitian yang sejenis baik dalam objek yang sama atau pun dengan objek yang berbeda utamanya yang berhubungan dengan makna kaago-ago dalam bahasa muna ( analisis kaago-ago dalam bahasa muna).
3.bahan ajar bagi pembelajaran muatan lokal di sekolah khusus nya pembelajaran bahasa dan sastra daera muna sulawesi tenggara.
1.4 RUANG LINGKUP
Mengingat masyarakat muna yang mendiami wilaya kabupaten muna terhadap ragam diagog maka yang menjadi ruang lingkup penelitian ini di batasi pada makna makna ungkapan yang di gunakan dalam proses upacara kaago-ago.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN KESUSASTRAAN
Kata’ kesusastraan ’’berasal dari kata susastra yang memperoleh konfiks ’ke-an .dalam hal ini konfiks ke-an mengandung makna tentang atau hal kata susatra terdiri atas kata dasar sastra tulisan yang mendapa awalan kehormatan ’su’yang berarti baik atau indah .dengan demikian secara etimologi kata kesusatraan berarti pembicaraan tentang berbagai tulisan yang inda bentuknya dan mulia isinya (Nursisto,2000:01)
Menurut efendi dalam badudu (1975:5)kesusastraan yaituciptaan manusia dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus .karya seni merupakan ciptaan manusia dengan bahasa sebagai edianya ,merupakan perpaduan yang harmonis yaitu antara isi (menarik dan baik )dengan bahasa (indah ,bagus,susunan dan bagaimana cara mengungkapkanya ).
Kesusastraan adalah isi dan bentuknya sangat serius berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang di timbah dari kehidupan kemudian di reka dan di susun dengan bahasa yang indah sebagai sarana sehinggamencapai syarat estetis yang tinggi(zaidan,2000:196)
.
2.2 Tradisi Lisan
Dalam kerangka besar corpus terdapat filsafat sejara,nilai –niai moral etika hukum adat istaiadat,struktur dan organisasi sosial ,sastra dan estetika.selain itu teks lisan juga menuat ilmu pengetahuan dengan metodenya masyarakat etik mandar mengetahui cara pemanfaatan sumerdaya yang berkesinambungan .mereka mengetahui manfaat dan makna tumbu-tumbuhan .tradisi lisan menjelaskan secara pasti pola pola ke pemilikan dan pngusaan.atas laut dan sumber daya alam
Tradisi lisan dengan demikian mengubungkan generasi yang satu ke generasi yang lainnya .
2.3.pengertian foklor
Foklor merupakan hazana sastra lama .sastra lama ini berkembangsetelah wiliom john thoms ,seorang ahli kebudayaan antik dari inggris mengemukakan artikel dalam majalah atheaneum no. 982 tanggal 22 agustus 1846.
Secara etimologi foklor artinya kolektif ,ciri-ciri pengenalan fisik atau kebudayaan yang sama dalam masyarakat sedangkan lore merupakan tradisi dari folk . menurut pendapat Alan dalam Danan jaja (1997:1)foklor adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pegenalan fisik ,sosial dan kebudayaan sehingga dapat di bedakan dari kelompok –kelompok lainnya .
Arti foklor secara keseluruhan pendapat Danadjaja (1997:2) sebagian kebudayaansuatu kolektif dan tersebar dan di wariskan turun temurun ,di antara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam fersi yang berbeda ,baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang di sertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu mengingat (mnemonic device).
Menurut pendapat soeryawan (1984:21)foklor adalah bentuk kesenian yang lahir dan menyebar di kalangan rakyat banyak .ciri dari seni budaya ini yang merupakan ungkapan pengalaman dan penghayatan rakyat banyak .ciri dari seni budaya ini yang merupakan ungkapan pengalaman dan penghayatan manusia yang khas ialah dalam bentuknya yang estetis –artistis ,karena dalam pelaksanaan hubungan yang omunikatif ,seni mengungkapkannya melalui bentuk- bentuk etetis yang di pilih .
Pendpat suryana (1978:1) folor merupakan bagian dari persendian cerita yang telah lama hidup dalam tradisi suatu msyarakat. Sedangkan menurut pendapat Isakar Dalan H.U.pikiran rakyat (22 januari 1996)foklor adalah kajian kebudayaan rakyaat jelata baik unsur materi maupun unsur non materi . kajian tersebut kepada masalah kepecayaan rakyat bahasa rakyat (dialog)kesusatraan rakyat nyanyian dan musik rakyat , tarian dan drama rakyat , kesenian rakyat,serta pakayan rakyat
2.4 ciri –ciri foklor
Kedudukan foklor dalam kebudayaan lainnya tentu saja berbeda . ciri-ciri yaitu sebagai berikut
a. penyebaran dan pewarisan biasanya di lakukan secara lisan ,yakni di sebarkan melalui ebarkan melalui tutur kata dari mulut kemulut .
b. foklor bersifat tradisional yakni di sebarkandalam bentuk relatif tepat dalam bentuk standar
c. veklor ada ( exis)dalam dalam versi-versi bahkan verion –varion yang berbeda .hal ini di akibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut kemulut (lisan ) biasanya olehcara penyebaran nya dari mulut kemulut (lisan )biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses intarpolasi (interpolatio)
d. Foklor bersifat anonim , yaitu nama ciptaan nya sudah tidak di ketahui orang lagi .
e. Foklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola dan selalu menggunakan kata-kata klise
f. Foklor mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik , pelipur lara,protes sosial sosial , dan proyeksi keinginan terpendam
g. Foklor bersifat pralogis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum .ciri pengenalan ini teruma berlaku bagi foklor lisan dan sebagian lisan
h. Foklor menjadi milik bersama (colloctive) dari kolektif tertentu . hal ini sudah tentu di akibatkan karena pencipta yang pertama sudah tidak di ketahui lagi sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan sangutan merasa memilikinya
i. Foklor pada umumnya brsifat polos dan lugu , sehingga sering kali kelihatanya kasar ,terlalu spontan .hal ini dapat di mengerti apa bila mengingat bahwa banyak fklor merupakan proyeeksi emosi manusia yang paling jujur prestasinya .
Folklor merupakan pengindonesiaan kata “Folklore” yang mulanya dari bahasa Inggris yang majemuk yaitu “folk” dan “lore”. Pengertian Folk adalah sekelompok orang (entitas) yang memiliki ciri-ciri tertentu sebagai pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan. Dengan pengenal fisik tersebut, maka kelompok itu dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, bahasa, mata pencaharian, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun, ciri pengenal yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang telah mereka akui sebagai milik bersama. Dengan adanya ciri pengenal itu, mereka memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri.
Kata “lore” lebih merupakan tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
Dengan begitu, folklore itu sendiri mempunyai ciri-ciri tertentu pula yaitu :
(http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/pengertian-ciri-ciri-jenis-jenis-dan.html)
1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
2. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
3. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.
4. Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.
5. Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).
6. Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
7. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
8. Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.
9. Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau malah terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.
Folklore berfungsi sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif (kelompok tertentu), dan dapat sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan. Selain itu folklore juga berfungsi sebagai alat pendidik anak maupun sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Jenis-jenis Folklor
a. Folklor
b. lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
1. bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;
2. ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;
3. pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;
4. sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;
5. cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali;
6. nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.
b.sebagian lisan
Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
1. kepercayaan dan takhayul;
2. permainan dan hiburan rakyat setempat;
3. teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;
4. tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;
5. adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;
6. upacara tradisional seperti tingkeban, tu
7. run tanah, dan temu manten;
8. pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat
.c. foklor Bukan Lisan
Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:
1. arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;
2. seni kerajinan tangan tradisional,
3. pakaian tradisional;
4. obat-obatan rakyat;
5. alat-alat musik tradisional;
6. peralatan dan senjata yang khas tradisional;
7. makanan dan minuman khas daerah.
Jadi, folklor itu sendiri bukan hanya sekedar pesta seni dan pertunjukan musik. Kehidupan sehari-hari yang dijalankan sebuah kelompok masyarakat itu sendirilah yang dapat dikatakan Folklor.
Bokor Folklore Festival 2012 adalah pesta rakyat seni dan pertunjukan musik yang akan dilaksanakan di Desa Bokor Kec. Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti, pada tanggal 20 s.d. 22 Juni 2012. Festival kali ini, merupakan lanjutan dari Fiesta Bokor Riviera 2011 yang diusahakan pelaksanaannya bersamaan dengan musim buah-buahan. Seperti kagiatan yang pertama, Festival Seni dan Pertunjukan Musik ini akan dijamu dengan buah-buahan tropika seperti Durian, cempedak, Manggis dan sebagainya. Pertunjukan seni dilakukan oleh para penggiat seni dari Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan Riau, dan selain itu Festival ini juga akan dihadiri oleh grup musik tradisi dari berbagai negara. Saat ini 4 kelompok musik dari 4 negara sudah bersedia untuk hadir di helat tersebut.
Sebagai langkah awal memulai persiapan pekerjaan demi pekerjaan menanti menunggu tangan yang penuh dedikasi untuk merancang dan menyajikan event Seni dan Wisata di desa Bokor Kec. Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Fiesta Bokor Riviera 2011 menjadi pembelajaran yang berharga untuk menapak langkah kedepan, kesalahan-kesalahan dimasa itu tentu tidak harus terulang kembali. Optimisme yang tergambar pada goresan Logo helat ini mesti meresap kedalam jiwa para panitia pelaksana, masayarkat Desa Bokor sampai ke Pemkab Kepulauan Meranti. Ini adalah ajang mempromosikan daerah ini, menunjukkan kepada dunia bahwa ada deretan Kepulauan Meranti yang berbudaya, memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, walaupun baru berdiri namun siap untuk mensejajarkan diri. Harapan-harapan ini tergambar jelas dari goresan Cik Siti atau lebih di kenal didunia Fesbukan dengan Anje Mello. Mari kita berikan apa yang kita bisa untuk daerah ini, selamat bertugas rekan-rekan Panitia, Semoga Allah SWT memberikan kekuatan fisik dan mental untuk kita semua …
2.4 pengertian kaago-ago .
Kaago ago merupakan suatu secara ritual dilaksanakan oleh masyarakat kabupaten muna setiap membuka lahan baru untuk perkebunan. Kaago- ago mempunyai kekuatan simbolis sekali gus sebagai wujud dan ekspresi jiwa mereka dengan menjalin hubungan dengan menghuni dunia gaib .
Pelaksanaan acara kaago ago mempunyai kandungan nilai dan makna bagi kehidupan masarakat .nilai – nilai tersebut berupa baik buruk,perinta dan larangan yang di anggap sebagai suatu nilai yang dapat menberikan kemaslahatan bagi masyarakat .nilai –nilai berupa nilai –nilai religius yang mengajak masyarakat untuk taat kepada perinta allah dan nabi ,serta ancaman terhadap melanggar aturan yang berlaku serta nilai gotong royong yang di jujung tinggi oleh masyarakat dalam setiap sendi kehidupan khususnya di bidang pertanian mulai dari pengolahan sampai dengan panen ,di samping itu juga kaago-ago sebagai media masyarakat untuk komunikasi berbagai masalah yan di hadapi .saat ini kaago –ago mulai terancam punah oleh karena royong di masyarakat. harus tetap di pertahankanatau di lestarikan seiring dengan lunturnya ilai religius dan nilai gotong
2.5 proses pelaksanaan kaago –ago
Acara kaago-ago dilaksanakan setelah membersikan lahan dan telah siap untuk di tanami tanaman .sebelum pelaksanaan kaago –ago terlebih dahulu diadakan pertemuan untuk menentukan hari pelaksanaan yang di pimpin oleh masyarakat yang dituangkan ke dalam lokasi hamparan lahan itu. Dalam musyawara itu di peroleh kesepakatan kapan pelaksanaannya yakni hari yang baik .pemilihan hari yangbaikdi maksudkan agar pelaksaan acara tidak mendapat hambatan .
Sebelum pelaksanaan masyarakat mempersiapkan kelengkapan berupa alat-alat pertanian seperti parang , pacul, tembilan, sabit ,kampak,bahan pelaksanaan (telur ayam kampung yang sudah di rebus 1 butir ,air ,dan kayu yang sudah druncingkan ,bendera (tombi),nasi,tembakau ,daun siri,pinang dan kapu siri .
Pelaksanaan kaago –ago yang di pimpin ,dukun kebun,mula-mula mencap kayu ( kalomuno wite )yang sudah di runcingkan sedalam –dalamnya .sehingga membentuk sebuah lubang yang di gunakan untuk memasukan telur ayam lalu di siram dengan air sebanyak – banyaknya menyediakan sesajian berupa telur, nasi , rokok,siri, kelapa muda.yang di sajikan di atas para – para yang terbuat dari bambu selanjutnya parika (dukun kebun )memotong ayam sebagai korban kemudian melafalkan mantra (doa pembuka )sebagai berikut
E….. waompu lahataala fosakarino lima fosakarino ghaghe
Asalo tulumi omuru bhe odadi konae amago- magoemo tora wite ini
Neago- ago omputo lahata’ala
Neago –ago tumbuno tumbu
Lahae sosumoba sobano lakuno
Somodaino neati newite aini
Naorepu,naosaka,naeghefi-ghefi ,naeghabu-ghabu
Natumumbulao fotuno newite morani
Notundae barangka ,tongkuno ,peropa ,baluwo,dete katapi
Neago-ago ali,neago-ago muhamadhi.
Setelah itu di lanjutkan dengan mengelilingi kebun ( kapalikono galu)oleh parka seraya berdoa agar penghuni dunia gaib tidak mengganggu mereka selama menempati kebun tesebut .setelah itu doa dengan tujuan agar petani yang ber kebun di lokasi tersebut terhindar dari bahaya, bencana atau waba penyakit yang akan menimpa mereka,sehingga mereka dapat hidup bahagia. aman dan damai setelah selesai pembacaan doa di lanjutkan dengan makan bersama dan seterusnya mencari waktu yang baik untuk menanam.
2.7 Makna Simbolis Kaago-Ago
Kalombuno Wite, dilakukan dengan tujuan untuk memnculkan humus tanah supaya tanaman menjadi subur. Kalombuno wite mengandung makna bahwa manusia berasal dari tanah, hidup dari tanah dan akan kembali ke tanah. Tanah menjadi sumber kehidupan bagi manusia harus dipelihara, dan sebagai wujud terma kasih terhadap tanah maka ditanamkan telur dan disirami air sebanya-banyaknya.
Kapalikino galu bertujuan agar roh ghaib berupa setan dan jin jahat pergi jauh dari lokasi perkebunan itu, atau agar tidak menggangu mereka selama menempati lokasi itu. Di samping itu, parika mendoakan supaya selamat jauh dari bala. Pariaka dianggap mampu melakukan komunikasi dengan mahluk ghaib, dan memberitahu kepada mereka untuk meninggalkan lokasi perkebunan itu.
Tombi (Bendera) sebagai pertanda bahwa kebun itu akan digunakan oleh manusia dalam mencari hidup dengan usaha bertani. Ini juga melambangkan perjanjian dengan penghuni alam ghaib di sekitar lahan. Bendera ditantanp dengan menyatakan rentang waktu mengenai lamanya kebun itu akan diolah oleh petani.
Nasi, telur, pinang, rokok dan sirih, merupakan sajian yang diperuntukan kepada mahluk ghaib. Hal ini masyarakat beranggapan sama dengan manusia yang setiap saat makan, minum, merokok untuk mahluk ghaib laki-laki dan makan sirih untuk mahluk ghaib perempuan. Hal ini menunjukan adanya komunikasi yang erat antara masyarakat dengan mahluk gaib .
2.8 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kaago-Ago
a. Nilai Religius
Nilai ini tumbuh bersamaan dengan keyakinan masyarakat tentang kandungan alam semesta. Masyarakat percaya dan pekah terhadap kekuatan supranatural. Bahkan, masyarakat berpikir bahwa keberadaanya di dunia ini tidak berarti apa-apa tanpa mmpercayai kekuatan ghaib.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam ghaib. Acara kaago-ago merupakan tradisi yang dilakukan untuk menjebatani kehidupan manusia dengan alam ghaib. Dalam acara kaago-ago, kita dituntuk senantiasa berakhlak mulia, tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehidupan beragama dan norma-norma yang dianut masyarakat secara turun-temurun. perlaksananya semua hal di atas dalam acara kaago-ago memiliki beberapa pantangan yang bernilai religious antara lain (1) Para petani yang berkebun di lokasi tersebut tidak boleh berbuat hal-hal yang tidakk senonoh, seperti berzina dan perbuatan lain yang dilarang agama; (2) tidak boleh mencuri dan memukul binatang apalagi membunuhnya. Apabila hal ini dilanggar maka orang atau kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berkah, tetapi akan mendapatkan bencara seperti serangan hama babi, tikus dan sebagainya. Dalam teks batata (doa) menunjukan adanya permohonan kepada Allah swt. agar mereka selamat, hasil melimpah, tenang dan damai serta ancaman barang siapa yang meranggar akan hancur binasa.
c. Nilai Gotong-Royong dan kebersamaan
Dalam acara kaago-ago di samping nilai-nilai religious juga tumbuh nilai gotong-royong dan kebersamaan. Nilai ini sudah menjadi ciri khas masyarakat petani. Nilai ini tampak pada saat pengolahan lahan, penananaman hingga saat panen, termasuk dalam pelaksanaan acara. Masyarakat saling membantu antara satu dengan yang lain dari proses awal berkebun sampai panen termasuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan selalu dimusyawarahkan, misalnya serangan wabah penyakit tanaman. Acara kaago-ago juga merupakan media yang efektif bagi petani untuk saling tukar pikiran.
Untuk terlaksananya semua hal diatas dalam acara kaago-ago memiliki beberapa antangan yang bernilai religius antara lain (1)para petani berkebun di lokasi tersebut tidak boleh mencuri ddan memukul binatang apa lagi membunuhnya .apa bila hal ini di langgar maka orang atau kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berka tetapi akan mendapatkan bencana seperti serangan hama babi ,tikus dan sebagainya.
Dalam tes batata (doa)menunjukan adanya permohonan kepada allah swt agar mereka selamat hasil melimpa,tenang dan damai .serta ancaman barang sapa yang melanggar akan hancur binasa.
b.nilai gotong royang dan kebersamaan
Dalam acara kaago –ago di samping nilai –nilai relegius juga tumbu nilai gotong royong dan kebersamaan .nilai ini suda menjadi ciri khas masyarakat petani .termasuk dalam pelaksanaan acara .masyarakat salinga membantu antara satu sama lain dari proses awal kebun sampai panen temasuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan selalu di musyawarakan ,mialnya serangan waba penyakit tanaman .acara kaago-ago merupakan media yang efektif bagi petan untuk saling tukarpikiran .
BAB 111
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
3.1.1 Jenis Data
Penelitian ini tegolong penelitian lapangan karena penelitian langsung keelokasi penelitian untuk memperoleh data yang di perlukan sesuai dengan masalah penelian
3.1.2 metode penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dekriptif .metode deskriptif yang di gunakn dalam penelitian ini adalah ,terutama yang berhubungan dengan pengumpulan data ,penyajian data,dan penyusunan data dalam laporan hasil penelitian .penggunaan metode ini bertujuan untuk membut dekripsiyang sistematis dan akurat mengenai data hubungan fenomena –fenomena yang di teliti (Djajasudarma 1993:8)
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
Data utama dalam penelitian ini di peroleh dari data bahasa lisan .data bahasa lisan berupa tuturan oleh penutur asli bahasa muna yang di gunakan oleh masyarakat muna
.
3.2.2 Sumber Data
Sehubungan dengan data penelitian ini berupa data lisan maka sumber data dalam penelitian ini adalah informan .informan ini adalah penutur asli bahasa muna yang bertempat tinggal di kabupaten muna
Untuk memperoleh data yng faid peneliti akan menggunakan beberapa informan ,yaitu satu orang informan yang utama dan dua orang sebagai informan pelegkap .orang yang dapatdi sajikan dalam informan adalah orang yang memenuhi criteria sebagai berikut
1.penutur asli bahasa dan berdominasi di loasi penelitian .
2.memiliki artikulasi yang baik
3.komunikatif singga muda memahami apa yang di ajukan peneliti
4.sabar dan memiliki waktu yang cukup untuk menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan (D jajasudarma 1993)
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap simak .dalam pengumpulan data terjadi kontak antara peneliti dan penutur slaku informan
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk emenuhi syarat kevalidan ,maka dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa peneliti menggunakan beberapa teknik ,yaitu :
a. Teknik catat yaitu data yang terkumpul di catatat dan di kumpul di catat dan di lanjutkan dan di k lasifikasi data .Data yang ada hubungannya dengan masalah penelitian di tata secara teratur dan sistematis .
b. Elisitasi, yaitu mengajukan pertanyaan secera langsung dan terara ,pertanyaan tersebut di ajukan kepada informan dengan maksud untuk memperoleh data ujaran yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Dalam analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan structural dan semantic. Pendekatan ini sesuai dengan objek penelitian yaki makna kaago- ago dalam bahasa muna( analisis makna kaago –ago dalam bahasa muna )di desa lapokainse kecamatan kusambi kabupaten muna yang di kaji berdasarkan aspek dan struktur makna .baik pendekatan struktural maupun pendekatan semantic,kedua –duanya dapat di terapkan kedalam metode kajian distribusional atau metode agi
Metode kajian distribusional dan metode agih menggunakan alat penentuh unsur bahasa itu sendiri .metode agi memiliki teknik dasar yang di sebut dengan pilih unsur langsung (pul)yakni memili data berdasarkan nilai simbolis kaago ago daam bahasa muna.
DAFTAR PUSTAKA
Danjaja.james .1986.foklor indonesia .ilmu gosip.dongeng dan lain –lain jakarta PN Grafiti pers
Ardika . 1 wayan .2007 .”kebudayaan lokal multikultural dan politik identitas dalam relaksi hubungan
Antar etnis .antara kearifan lokal dengan warga cina dan bali “dalam jurnal lembaga kebudayaan
.UMM.Edisi maret tahun 2007.
Aris, laode 2010 kaago-ago (ritual pemecahan penyakit dalam masyarakat muna )tesis di program pasca
Sarjana universitas gaja mada .tidak di terbitkan .
Endraswara ,suwardi.2003 .metodologi penelitiankebudayaan . yogyakarta .gadja mada universitas press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar